Rabu, 27 Juli 2016

Catatan Ramadhan

Batas Yang Tersembunyi
Oleh Dewi Suniyah

Ada batas yang tak bisa aku lewati. Yang memaksaku untuk berhenti saat aku ingin melewatinya. Ada batas dimana aku tak bisa untuk berbuat lebih. Batas yang selalu membatasi diriku agar tak berbuat semauku. Batas yang mengikatku pada sebuah perjanjian. Perjanjian diri yang tak bisa aku ingkari. Batas yang dengannya aku harus bertindak sesuai dengan aturan-aturan-Nya. Batas yang dengannya aku harus belajar kesabaran. Dan batas yang dengannya aku bisa menjaga diri dari bahaya nafsu duniawi.
Batas yang membuat diriku termenung disetiap penghujung malam. Batas yang dengannya aku merasa kecil dihadapan-Nya. Batas yang membuat diriku menjadi sosok yang lemah untuk beberapa saat lamanya dan menjadi sosok yang kuat dalam hitungan detik berikutnya. Ia seperti harta yang paling berharga. Kehilangannya akan sangat menyiksa jiwa. Dia menjadi pembatas antara kebenaran dan kebatilan. Dia pula yang menjadi tempat bermuaranya segala rasa.
Ia laksana dinding yang harus dijaga agar tetap utuh. Ia adalah pembatas untuk mereka yang ingin berbuat maksiat atau ingin tetap taat. Batas yang membuat setiap orang menjadi tarik-menarik diantara dua pilihan. Batas yang seringkali membisikkan kebajikan atau malah keburukan. Batas yang mampu membuat sepasang bola mata ini mengeluarkan isinya. Tersedu dalam setiap renungan dan terisak panjang dalam penyesalan.
Menjaga batas itu agar tetap pada tempatnya adalah suatu keharusan. Menghindarkan dia dari segala macam prasangka buruk dan kemasiatan merupakan suatu kewajiban. Memeliharanya agar tetap utuh dan tak lekas rubuh adalah hal yang memang harus dilakukan. Supaya kelak batas yang telah lama dibangun itu tak cepat usang karena derasnya kesalahan.
Begitu rapuhnya dia hingga mengharuskan setiap insan untuk menjaganya dengan hati-hati. Jika batas itu rusak, maka rusak pulalah bagian yang lainnya. Sebab dia laksana raja, dan yang lain adalah prajuritnya. Sudah sepantasnya batas itu harus dijaga. Dibentengi dari segala hal yang mampu merusaknya. Jangan biarkan batas itu hancur sebab itu akan sangat berbahaya. Karena dengan adanya batas itulah kita dapat mengendalikan diri supaya tetap berhati-hati; #HATI.

Senin, 11 Juli 2016

CATATAN RAMADHAN

Batas Kehidupan
Oleh Dewi Suniyah

Kita hidup dibatasi oleh waktu. Ia menjadi penentu kehidupan kita. Waktu yang akan mengatur segala kegiatan kita. Aturan-aturan nyata yang sudah ditentukan oleh-Nya. Segala gerak-gerik kita, dan apapun jenis aktivitasnya, waktu menjadi batas bagi kita dalam melakukan segalanya.
Ia sering dilupakan bahkan dianggap remeh sebagian orang. Mereka menganggap bahwa waktu hanyalah waktu. Waktu yang mengatur segala aktivitas mereka. Mereka sering menyepelekan dengan menganggap bahwa masih banyak peluang dan kesempatan. Padahal tidak.
Berapa sisa waktu kita di dunia? Tak ada yang mengetahuinya bukan? Apa ada yang bisa mengira-ngiranya? Sekiranya ada itu hanyalah peringatan bahkan bisa jadi itu hanya bualan saja.
Allah SWT menciptakan waktu guna mengatur segala aktivitas kita. Semua bentuk rutinitas sehari-hari kita diatur olehnya. Tapi masih banyak diantara kita yang tak mau menghargainya. Mereka sering menyia-nyiakan waktu mereka hanya untuk hal-hal yang tak berguna. Dan nanti ketika mereka sudah sampai di penghujung waktu, barulah mereka sadar betapa berharganya ia meskipun hanya sedetik saja.
Bukan tidak mungkin waktu akan membunuh kita secara perlahan-lahan. Jangan di kira ia akan selamanya baik pada manusia. Waktu akan terus mengejar kita. Ia tak akan berhenti kecuali atas perintah-Nya. Ia akan menjadi batas dalam segala rutinitas manusia. Aktivitas mereka dari mulai bangun tidur hingga akan tidur lagi.
Karena waktu akan terus berjalan dan akan berhenti pada suatu masa dimana tak ada lagi kehidupan di alam semesta. Ketika kematian datang, di saat itulah masa hidup manusia di dunia sudah habis. Sudah seharusnya manusia bijak menggunakan waktu. Jangan sampai menyia-nyiakannya untuk hal-hal yang tak berguna. Karena waktu adalah batas kehidupan manusia. Jika tidak dipergunakan dengan bijak, maka bersiaplah untuk menghadapi penyesalan.